Kulit adalah organ tubuh yang pertama kali
terkena polusi oleh zat-zat yang terdapat di lingkungan hidup kita, termasuk
jasad renik (mikroba) yang tumbuh dan hidup di alam dunia ini. Oleh sebab itu
setelah manusia dilahirkan kulitnya akan segera terkontaminasi oleh berbagai
jasad renik, mula-mula yang berasal dari alat pembantu waktu melahirkan
misalnya kain, handuk, seprei, bantal, atau kasur tempat tidur, kemudian oleh
baju, tangan-tangan, air, meja, dan alat lainnya yang pasti kemudian
berhubungan dengan kulitnya.
Rupanya banyak jasad renik yang
betah tinggal di permukaan kulit manusia karena suasana hidup yang cocok, baik
suhu, kelembaban, atau keasaman (pH), atau makanan yang dibutuhkan jasad renik
untuk berkembang biak yang berasal dari sel keratin yang lepas (berisi
protein), lemak di permukaan kulit yang diproduksi oleh kelenjar palit kulit
(berisi lipid-lipid) atau air, garam, dan gula yang berasal dari kelenjar
keringat ekrin atau apokrin.
Tidak semua jenis jasad renik yang
dapat hidup di permukaan kulit berbahaya bagi tubuh manusia (patogen atau
parasit), pada umumnya tidak menimbulkan masalah kesehatan dan hidup
berdampingan secara damai dengan pihak tuan rumah (saprofit) atau saling menguntungkan (simbiosis mutualistik).
Selain itu ada mekanisme tubuh
untuk mempertahankan diri, dengan membunuh, mengisolasi, melumpuhkan, atau
mengusir jasad renik yang berbahaya tadi, dan kalau itu tidak cukup usaha
manusia untuk itu masih tetap diperlukan.
Dalam suatu penelitian yang
dilakukan beauty care senior scientist P&G, Thomas Dawson JR Ph.D dalam
judul ”Fast, Non-invansive Method for
Molecular Detection and Speciation of Malassezia on Human Skin, and Application
to Dandruff Microbiology”, bahwa dari 70 responden yang menderita ketombe
ditemukan adanya jenis jamur Malassezia.
Dalam kasus ini, ditemukan 70 persen jamur M
restricta dan 45 persen jamur M
globosa, sedangkan jamur M furfur
tidak terdeteksi pada semua responden.
Malassezia
adalah genus jamur lipophilic yang merupakan bagian dari flora normal kulit
manusia. Flora ini dapat menyebabkan penyakit panu pada manusia.
A.
Flora
Normal Pada Kulit
Mikroorganisme utama pada kulit adalah difteroid aerobic dan anaerobic (misalnya corynebacterium, propionibacterium), stafilokokkus aerobic dan anaerobic
non hemolitikus (Staphylococcus
epidermidis, kadang-kadang S. aureus dan golongan peptostreptococcus), basil gram postif aerobic, bakteri pembentuk
spora yang banyak terdapat di udara, air, tanah; streptococcus alfa hemoliticus (S. viridians) dan enterococcus; dan basil coliform gram negative serta acitenobacter.
Jamur dan ragi sering terdapat pada lipatan-lipatan kulit; micro bacteria tahan
asam nonpatogen terdapat pada daerah-daerah yang kaya sekresilemak/sebum
(genital, telingan bagian luar).
Factor-faktor yang berperan
menghilangkan flora sementara pada kulit adalah pH rendah, asam lemak pada
sekresi sebasea danadanya lisozim. Jumlah mikroorganisme pada permukaan kulit
mungkin bias berkurang dengan jalan menggosok-gosoknya dengan sabun yang
mengandung heksaklorofen atau desinfektan lain, namun flora secara cepat muncul
kembali dari kelenjar sebasea dan keringat
B.
Mekanisme
Pertahanan Dan Keasaman Kulit
Mekanisme pertahanan tubuh untuk
melindungi kulit terhadap jasad renik ternyata bermacam-macam caranya.
Mekanisme itupun bersifat umum karena tidak dapat memisahkan apakah jasad renik
tersebut patogen atau tidak.
Permukaan kulit mempunyai keasaman (pH)
tertentu yang berkisar antara 4,5-6,0 yang dibentuk oleh asam lemak permukaan
kulit (skin surface lipid) yang berasal dari sebum, keringat, sel tanduk, yang
lepas, dan kotoran yang melekat pada kulit. Keasaman serendah itu tentu tidak
cukup untuk mempertahankan diri dari seluruh jasad renik, namun dapat
mengurangi atau mengendalikan berkembang biaknya berbagai jasad renik.
Diperkirakan bahwa peningkatan kadar keasaman kulit akan menurunkan kebutuhan
CO2 untuk metabolisme jasad renik pada permukaan kulit. Adalah salah bila kita
mengharapkan bahwa setiap jasad renik dapat dikendalikan oleh mekanisme ini,
namun tidak juga benar bila kemampuan tubuh ini tidak berguna sama sekali
C. Malassezia
Furfur
Malassezia
furfur merupakan flora normal dan terdapat
pada mukosa dan kulit. Jamur ini berupa kelompok sel-sel bulat, bertunas,
berdinding tebal, dan hifanya berbatang pendek dan bengkok. Malassezia furfur menghasilkan konidia sangat kecil ( mikrokonidia ) pada hifanya, tetapi di
samping itu juga menghasilkan makrokonidia
besar, multiseptat, berbentuk
gelendong yang jauh lebih besar daripada mikrokonidianya.
Nampak untaian jamur ( pemeriksaan
mikroskop ) terdiri dari spora dan hifa yang saling bergabung satu sama
lainnya.
Klasifikasi ilmiah dari
Malassezia furfur :
Kerajaan : Fungi
Divisio : Basidiomycota
Kelas : Hymenomycetes
Ordo : Tremellales
Familia : Filobasidiaceae
Genus : Malassezia
Spesies : Malassezia furfur
D.
Malassezia Furfur Sebagai Flora Normal
Penyebab Panu
Panu merupakan salah satu mikosis superficialis
yang masih sering terjadi. Panu (pitiriasis versikolor) adalah penyakit jamur
yang mengenai lapisan kulit bagian atas, bersifat ringan, menahun dan biasanya
tidak memberikan keluhan subjektif pada penderita. Sepintas, penyakit ini
sepele, namun ternyata sering menimbulkan masalah kosmetik bagi penderita, terlebih
bila “serangannya” di bagian wajah. Selain masalah kosmetik, pengobatan pada
panu juga membutuhkan waktu cukup lama. Panu disebabkan oleh spesies malassezia furfur.
Pada kondisi kulit normal, terdapat flora
normal yang berhubungan Pityrosporom sp .
Malassezia furfur merupakan bentuk spora yang merupakan penyakit baberubah
menjadi patogen. Ada dua faktor seseorang menderita mikosis, yakni faktor
eksogen dan endogen. Lebih jauh dia menjelaskan, factor eksogen merupakan
dampak dari luar tubuh manusia, seperti kelembaban dan suhu yang tinggi. Kemudian
higiene perorangan kurang baik, dan pakaian yang terlalu tertutup. Kemudian
faktor endogen atau yang berasal dari tubuh manusia sendiri.
Penyakit ini biasanya disebabkan kulit
berminyak, keadaan tubuh yang cenderung lebih banyak berkeringat, faktor
genetik juga berperan, dan kondisi daya tahan tubuh yang sedang menurun seperti
pada penderita yang mendapat pengobatan steroid dalam jangka waktu lama. Menurut
dia, gejala penyakit panu awalnya berupa bercak-bercak warna putih hingga
kecoklatan, dapat berbentuk teratur atau tidak teratur, serta kadang disertai
sisik halus di atasnya. Bercak itu bakal tampak lebih jelas dan berpendar warna
khusus jika dilihat di bawah lampu wood. Lokasi tubuh yang paling sering
diserang penyakit ini adalah dada punggung, ketiak, lipatan paha, lengan, tungkai
atas, leher bahkan muka dan kulit kepala yang berambut.
Panu disebabkan oleh jamur Malassezia furfur. Jamur ini tidak
datang dari tanah atau binatang, tetapi ditemukan pada kulit manusia sebagai
penghuni tetap pada lapisan atas kulit bersama dengan mikroba lainnya. Jamur
ini tidak akan menjadi penyakit jika tidak ada faktor-faktor pendukung (pakaian
yang lembab, panas dan tidak ada aliran udara). Pada lingkungan yang berminyak,
jamur Malassezia furfur akan mengalami perkembangan yang optimal, oleh karena
itu, bitik putih seringkali terjadi pada lengan atas bagian belakang, leher,
dada dan wajah.
Panu disebabkan oleh spesies malassezia furfur. Pada kondisi kulit normal,
terdapat flora normal (mikroorganisme yang secara normal ada dikulit manusia)
yang berhubungan dengan munculnya panu ini yaitu Pityrosporom sp. Lalu,
malassezia fufur merupakan bentuk spora, dan merupakan bentuk yang dapat
menimbulkan penyakit bagi manusia. Bagaimana flora normal pada kulit bisa
berubah menjadi patogen atau menimbulkan penyakit pada manusia,
faktor-faktornya adalah sebagai berikut :
Faktor eksogen atau yang berasal dari
luar tubuh manusia seperti kelembaban dan suhu yang tinggi, higiene perorangan
kurang baik, dan pakaian yang terlalu tertutup.
Faktor endogen atau yang berasal dari
tubuh manusia sendiri seperti kulit berminyak, keadaan tubuh yang cenderung
lebih banyak berkeringat, faktor genetik juga berperan, dan kondisi daya tahan tubuh
yang sedang menurun seperti pada penderita yang mendapat pengobatan steroid
dalam jangka waktu lama.
Gejala penyakit panu adalah berupa
bercak-bercak warna putih hingga kecoklatan, dapat berbentuk teratur atau tidak
teratur, dan kadang disertai sisik halus di atasnya. Bercak itu akan tampak
lebih jelas dan berpendar warna khusus jika dilihat di bawah lampu wood. Lokasi
lesi terutama pada badan yaitu dada dan punggung, dan dapat menyerang ketiak,
lipat paha dan lengan, tungkai atas, leher bahkan muka dan kulit kepala yang
berambut. Karena kelainan ini biasanya tidak menimbulkan keluhan, maka
seringkali penderita tidak menyadari timbulnya panu. Pada beberapa penderita,
dapat merasakan keluhan gatal ringan terutama bila berkeringat pada lokasi
lesi. Tatalaksana terutama yang paling penting adalah meminimalkan
faktor-faktor predisposisi timbulnya panu sebagaimana yang sudah dipaparkan di
atas
E.
Proses
Terjadinya Panu
Sebagian besar kasus panu ini terjadi
akibat aktivasi dari malassezia furfur
akibat adanya perubahan keseimbangan flora normal kulit. Faktor yang dapat
mempengaruhi keseimbangan tersebut antara lain adalah faktor lingkungan dan
suseptibilitas individual. Faktor lingkungan yaitu faktor kelembaban kulit,
sedangkan faktor individual yaitu penyakit yang mempengaruhi imunitas,
malnutrisi, penggunaan obat-obatan yang menurunkan imunitas dan adanya
kecenderungan genetik (keturunan). Akibat kondisi tersebut, malassezia furfur akan berkembang
menjadi bentuk miselial yang bersifat patogenik yang terlihat secara klinis
sebagai penyakit panu.
Penyakit ini paling banyak dijumpai pada
usia belasan, walaupun pernah dilaporkan pada usia yang lebih muda dan tua.
Penyakit ini terutama ditemukan pada daerah yang menghasilkan banyak keringat,
karena jamur ini hidup dan berkembang biak dari hasil metabolisme sebum.
Biasanya terdapat pada bagian atas dada dan meluas ke lengan, leher, perut,
kaki, ketiak, pelipatan paha, muka, dan kepala. Penyakit ini terutama ditemukan
pada daerah yang tertutup pakaian yang bersifat lembab. Keluhan ini pada
awalnya timbul bercak yang berwarna coklat, bercak putih yang disertai dengan
rasa gatal terutama pada waktu berkeringat. Bercak putih tersebut disebabkan
oleh asam dekarboksilase yang dihasilkan oleh jamur yang bersifat kompetitif inhibitor
terhadap enzim tirosinase dan mempunyai efek sitotoksik terhadap melanosit yang
menghasilkan pigmen warna pada kulit
1 komentar:
Casino City - Las Vegas - MapyRO
Find 나주 출장샵 out what's popular at Casino City in Las 대전광역 출장샵 Vegas and other places 군산 출장마사지 to 김천 출장샵 stay. See activity, reviews, directions, restaurants and 경상북도 출장샵 more.
Posting Komentar