Kemajuan teknologi mempunyai dampak
yang beraneka ragam terhadap berbagai bidang kehidupan. Dalam bidang
kesehatanpun kemajuan teknologi memiliki peran yang sangat penting, baik dalam
proses pengobatan, pencegahan maupun deteksi penyakit. Sebagai bentuk dampak
positif dari kemajuan teknologi adalah dengan diketahuinya berbagai penyakit
yang sebelumnya memang belum diketahui oleh umat manusia, tetapi sisi buruknya
adalah semakin merajalelanya penyakit akibat dari kemajuan teknologi bidang
pangan yang memanfaatkan berbagai macam bahan kimia tanpa memperhatikan efek
sampingnya.
Penyakit sebagai musuh terbesar
kesehatan manusia sangatlah kompleks jenisnya, mulai dari yang menyerang organ
vital beserta kelainannya dan penyakit lain yang masih dalam kategori ringan.
Keberadaan keseluruhan penyakit tersebut perlu diketahui sebelumnya, mengingat
bahwa pencegahan lebih baik daripada penanganan/pengobatan. Keadaan ini akan
terwujud bila kita mengetahui seluk beluk dan etiologi penyakit sebelumnya.
Dari uraian mengenai ragam penyakit
yang menyerang manusia diatas, maka disini penulis akan menguraikan beberapa
penyakit mulai dari kelainan tulang skoliosi, infeksi organ vital yaitu ginjal
dan infeksi yang terjadi post kuret. Alasan pemilihan materi tersebut
dikarenakan beberapa penyakit diatas masih jarang diketahui oleh masyarakat
sehingga fungsi makalah ini sebagai media pembelajaran dan promosi kesehatan
akan terwujud.
A.
Flexor Digital
Tenosynovitis Dalam Kelainan Tangan
Kelainan
bentuk tangan dapat disebabkan oleh sebuah luka atau bisa dihasilkan dari
gangguan yang lainnya (contoh, rheumatoid arthritis). Kelainan bentuk harus
dengan segera diobati, bila mungkin. Sebaliknya, kelainan bentuk cenderung
tidak bereaksi terhadap pengobatan sederhana, seperti pembebatan dan olahraga,
dan sering kali membutuhkan operasi
1. Jari Palu/Mallet
Jari
mallet adalah kelainan bentuk dimana ujung jari keriting dan tidak dapat lurus
sendiri
Kelainan
bentuk jari palu biasanya akibat dari luka, yang mana merusak tendon atau
merobek tendon dari tulang. Hal ini dapat berakibat pada satu atau lebih jari.
Seorang dokter bisa membuat diagnosa dengan mengamati jari-jari. Sinar-X
biasanya dipakai untuk meyakinkan bahwa tidak terdapat retak. Pengobatan
biasanya memasang bebat pada jari dengan meluruskan jari. Tendon bisa
memerlukan 6 sampai 8 minggu untuk sembuh. Jari mallet jarang memerlukan
operasi, kecuali retak parah pada tulang patah atau sambungan secara parsial
tidak pada tempatnya, bahkan di dalam bebat.
2. Kelainan Bentuk Leher Angsa
Ketika jari menekuk
dengan tidak normal.
Beberapa
gangguan, seperti rheumatoid arthritis, dan luka bisa menyebabkan jari menekuk
tidak normal. pada jari mallet,ujung jari mengeriting ke dalam dan tidak bisa
diluruskan. Pada kelainan bentuk leher-angsa, persendian pada pangkal jari
menekuk ke dalam. Pada kelainan bentuk buotonniere, persendian jari bagian
tengah menekuk ke arah dalam (menuju telapak tangan) dan persendian jari paling
luar menekuk keluar (menjauh dari telapak tangan).
Kelainan
bentuk leher-angsa adalah sebuah pembengkokan (lentur) pada dasar jari, lurus
keluar (perluasan) pada persediaan bagian tengah, dan lekukan pada persendian
paling luar (lentur).
Penyebab
yang paling umum adalah radang sendi rheumatoid. Penyebab lain termasuk jari
palu yang tidak diobati, kelonggaran (lemah) pada lempengan serat di dalam
tangan pada dasar jari atau pada ikatan sendi tangan, kejang otot mempengaruhi
tangan, dan kelainan susunan dalam penyembuhan pada tulang bagian tengah pada
jari yang retak. Menutup jari bisa jadi tidak mungkin; kelainan bentuk tersebut
bisa mengakibatkan ketidakmampuan yang dipertimbangkan.
Kelainan
bentuk seperti leher-angsa tidak mempengaruhi ibu jari, yang memiliki salah
satu sedikit persendian dibandingkan jari lainnya. Meskipun begitu, pada sebuah
jenis kelainan bentuk leher-angsa, disebut kelainan bentuk paruh-bebek,
persendian ujung pada ibu jari terlalu lurus dengan hebat dengan tekukan ked
alam pada persendian pada pangkal ujung ibu jari untuk membentuk sudut 90 º.
Jika kelainan bentuk paruh-bebek dan kelainan bentuk leher-angsa pada satu atau
lebih jari terjadi bersamaan, kemampuan untuk mencubit bisa berkurang dengan
serius.
Seorang
dokter membuat diagnosa dengan meneliti tangan dan jari. Pengobatan ditujukan
untuk memperbaiki penyebab yang mendasarinya sebisa mungkin. Kelainan bentuk
ringan kemungkinan diobati dengan membelat jari (ring splints), yang
memperbaiki kelainan bentuk ketika masih mengizinkan seseorang untuk
menggunakan tangannya. Masalah dengan kemampuan untuk mencubit bisa sangat
membaik dengan operasi meluruskan kembali persendian atau dengan menggabungkan
ibu jari atau persendian jari bersamaan (disebut interphalangeal arthrodesis)
ke dalam posisi yang membuat fungsi optimal.
3. Kelainan Boutonnière
Kelainan
bentuk Boutonniere (kelainan bentuk lubang kancing) adalah kelainan bentuk di
mana persendian jari tengah menekuk dengan posisi tetap ke dalam (ke arah
telapak tangan) dan persendian jari paling luar menekuk secara berlebihan
keluar (menjauh dari telapak tangan. Gangguan ini paling sering terjadi pada
rheumatoid arthritis tetapi bisa juga terjadi dari luka (potongan dalam,
persendian yang terlepas, patah) atau asteoarthritis. Orang dengan rheumatoid
arthritis bisa membentuk gangguan tersebut karena mereka mengalami peradangan
yang lama pada persendian tangan bagian tengah. Jika kelainan tersebut disebabkan
sebuah luka, luka tersebut biasanya terjadi pada pangkal sebuah tendon (disebut
phalanx extensor tendon bagian tengah). Akibatnya, persendian bagian tengah
(disebut persendian proximal interphalangeal) menjadi ‘lubang kancing’ antara
kumpulan tendon bagian luar yang menjalar menuju ujung jari. Kelainan bentuk
tersebut bisa, tetapi tidak pasti, bertentangan dengan fungsi tangan. Dokter
membuat diagnosa dengan meneliti jari tersebut.
Kelainan
bentuk buttonniere disebabkab oleh luka tendon meluas biasanya bisa diperbaiki
dengan sebuah bidai yang menjaga persendian bagian tengah meluas secara lengkap
untuk 6 minggu. Ketika pembidaian tidak efektif, atau ketika kelainan bentuk
lubang kancing disebabkan oleh rheumatoid arthritis, operasi kemungkinan diperlukan.
4. Erosive (Peradangan)
Osteoarthritis
Erosive
(peradangan) osteoarthritis adalah sebuah bentuk osteoarthritis menurun pada
tangan, yang menyebabkan pembengkakan, nyeri, dan pembentukan kista pada
persendian jari (terutama pada bagian paling luar).
Osteoarthritis
pada tangan terlihat membesar pada tulang melebihi persendian paling luar pada
jari (batang heberden) dan lebih cepat bertumbuh pada tulang melebihi
persendian bagian tengah pada jari (bongko kecil bouchard). Dengan erosive
osteoarthritis, terdapat juga pembengkakan pada jaringan di sekitarnya.
Persendian di antara jari dan tangan dan pergelangan biasanya tidak terkena.
Persendian yang berhubungan bisa menjadi tidak lurus.
Kelainan
tersebut dapat dilihat pada sinar X. Tidak seperti pada rheumatoid arthritis,
hasil pada tes darah yang mengindikasi peradangan (seperti tingkat endapan
eritrosit (ESR) dan jumlah sel darah putih) biasanya normal, tanpa
memperhatikan seberapa berat gangguan itu.
Pengobatan
termasuk olahraga bergerak di dalam air hangat untuk menringankan nyeri selama
latihan dan untuk menjaga persendian seelastis mungkin, pembelatan dengan
sebentar-sebentar untuk mencegah kelainan bentuk, dan menggunakan analgesik
atau obat-obatan anti-peradangan nonsteroidal (NSAIDs) untuk meringankan nyeri
dan bengkak. Kadangkala, sebuah cairan kortikosteroid bisa diperlukan untuk
disuntikkan ke dalam persendian yang terkena parah untuk meringankan nyeri dan
meningkatan cakupan gerak. Jarang, ketika osteoarthritis berlanjut dan
pengobatan lain tidak efektif, persendian bisa memerlukan untuk direkonstruksi
ulang atau disambung dengan operasi.
5. Dupuytren's Contracture
Dupuyten
contracture (palmar fibromatosis) adalah penyusutan progresif pada kumpulan
jaringan serat (disebut fascia) di dalam telapak tangan, menghasilkan jari yang
mengeriting ke dalam yang segera bisa menghasilkan tangan seperti cakar.
Duyputen
contracture adalah gangguan menurun umum yang terjadi terutama pada pria dan
khususnya setelah berusia 45 tahun. Meskipun begitu, memiliki gen yang tidak
normal tidak menjamin bahwa seseorang akan mengalami gangguan tersebut.
Kejadian duyputen contracture di Amerika Serikat adalah sekitar 5 %; kejadian
di seluruh dunia berkisar 2 sampai 42%. Gangguan tersebut mempengaruhi kedua
tangan pada 50% orang; ketika hanya salah satu tangan yang terkena, tangan
kanan dua kali lebih sering dibandingkan tangan kiri.
6. Jari pemicu.
Pada
jari pemicu (flexor digital tenosynovitis), sebuah jari menjadi terkunci pada
posisi bengkok. Jari tersebut terkunci ketika salah satu tendon yang
melenturkan jari menjadi meradang dan bengkak. Secara normal, tendon bergerak
dengan lembut ke dalam dan keluar pada lapisan yang mengelilinginya seperti
jari yang lurus dan menekuk. Pada jari pemicu, tendon yang meradang bisa
bergerak keluar lapisan sebagaimana jari tersebut menekuk. Meskipun begitu,
ketika tendon sangat bengkak, tidak mudah bergerak ke belakang sebagaimana jari
yang lurus, dan oleh karena itu jari terkunci.
Jari
pemicu bisa dihasilkan dari penggunaan tangan yang berulang (sebagimana bisa
terjadi dari penggunaan gunting berkebun yang berat) atau dari peradangan
(sebagaimana terjadi pada rheumatoid arthritis). Untuk meluruskan jari
tersebut, seseorang harus mendorong daerah yang bengkak tersebut ke dalam
lapisan-menghasilkan rasa letupan serupa dengan yang dirasakan ketika mendorong
pemicu. Kadangkala sebuah kortikosteroid dan bius 'lokal disuntikkan ke dalam
lapisan tendon. Operasi umumnya diperlukan untuk mengobati jari pemicu yang
kronis.
Duyputen
contracture lebih sering terjadi pada orang dengan diabetes, sakit karena
terlalu banyak minum alkohol, atau epilepsi. Gangguan tersebut kadangkala
berhubungan dengan gangguan-gangguan lain, termasuk penebalan jaringan serat di
atas sendi engsel (garrod pad), penyusutan pada fascia di dalam penis yang
menyebabkan penyimpangan dan ereksi yang sangat menyakitkan (penile
fibromatosis (penyakit peyronie)), dan bongkol kecil pada telapak kaki (plantar
fibromatosis). Meskipun begitu, mekanisme tepat yang menyebabkan fascia pada
telapak tangan menjadi tebal dan keriting tidak diketahui.
Gejala
awal biasanya bongkol kecil lunak pada telapak tangan (paling sering pada jari
ketiga atau keempat). Bongko kecil bisa awalnya menyebabkan rasa tidak nyaman
tetapi secara bertahap menjadi tidak menyakitkan. Secara bertahap, jari menjadi
keriting. Segera, keriting memburuk, dan tangan bisa melengkung (seperti
cakar). Dokter membuat diagnosa dengan meneliti tangan tersebut.
Sebuah
suntikan suspensi kortikosteroid ke dalam bongkol kecil bisa membantu mengurangi
kelunakan di daerah tersebut tetapi tidak akan menghambat kemajuan gangguan
tersebut. operasi biasanya diperlukan ketika tangan tidak dapat diletakkan
datar diatas meja atau ketika jari terlalu keriting dimana fungsi tangan
terbatasi. Operasi untuk mengangkat penyakit fascia adalah sulit, karena fascia
syaeaf disekitarnya, pembuluh darah, dan tendon. Duyputen contracture bisa
berulang setelah operasi jika pengangkatan fascia tidak lengkap. Yang bisa juga
berulang secara spontan, khusunya pada orang yang dengan gangguan ini terlihat
diusia muda, mereka dengan gangguan tersebut menurun di dalam keluarga, dan
mereka dengan garrod pad, penyakit peyronie atau bongjol kecil pada telapak
kaki
B.
Infeksi Ginjal
1.
Pengertian dan Type infeksi
ginjal
Ginjal merupakan bagian utama dari
sistem saluran kemih yang terdiri atas organ – organ tubuh yang berfungsi
memproduksi maupun menyalurkan air kemih (urine) ke luar tubuh. Berbagai
penyakit dapat menyerang komponen – komponen ginjal, antara lain yaitu infeksi
ginjal.
Infeksi ginjal istilah medisnya
adalah pyelonefritis yaitu peradangan pada jaringan ginjal, pada infeksi akut
terjadi secara mendadak. Infeksi ini biasanya berasal dari daerah kelamin yang
naik ke kandung kemih. Sebagian besar infeksi ginjal maupun saluran kemih
disebabkan oleh bakteri Escherichia Coli (bakteri yang dalam keadaan normal
ditemukan di usus besar). Diduga sumber infeksi berasal dari anus. Pada saluran
kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah oleh aliran air
kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh penutupan ureter di tempat
masuknya ke kandung kemih. Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air kemih (
misalnya batu ginjal atau pembesaran prostat ) dapat meningkatkan kemungkinan
terjadinya infeksi ginjal. Infeksi ginjal sebagian besar terjadi pada wanita
terutama wanita hamil dan pada usia diatas 40 tahun.
Infeksi ginjal, atau pyelonephritis,
mungkin dikelompokan sebagai infeksi ginjal yang tidak rumit (uncomplicated),
yang rumit (complicated), atau yang kronis (jangka panjang).
a.
Infeksi ginjal yang rumit
(complicated) merujuk pada keterlibatan ginjal yang parah/berat, contohnya,
pembentukan abscess (bisul bernanah), atau gas yang terlihat di ginjal dengan
studi imaging, seperti CT scan. Pada situasi-situasi ini, gejala-gejalanya
mungkin lebih berat/parah dan kurang merespon pada perawatan-perawatan yang
umum.
b.
Infeksi ginjal yang kronis
mungkin merujuk pada kekambuhan infeksi ginjal yang dapat menjadi akibat dari
batu ginjal yang menghalangi ureter atau kelainan-kelainan struktur lain pada
ureter-ureter (contohnya, vesicoureteral reflux, suatu kondisi dimana urin
dipaksa balik naik menuju ginjal-ginjal). Kondisi-kondisi ini biasanya
berhubungan dengan gejala-gejala yang ringan, namun mereka mungkin berlangsung
lebih lama.
Evaluasi dari infeksi ginjal yang
rumit dan infeksi ginjal yang kronis secara khas memerlukan evaluasi yang lebih
menyeluruh dan pengujian yang lebih ekstensif seperti CT scans dan X-rays.
2.
Penyebab dan Gejala Infeksi
Ginjal
Infeksi ginjal disebabkan oleh
bakteri. Bakteri-bakteri yang paling umum yang bertanggung jawab untuk infeksi
ginjal adalah Escherichia coli (E. coli), yang bertanggung jawab untuk hampir
80% dari kasus-kasus infeksi-infeksi ginjal dan saluran kencing.
Bakteri-bakteri umum lainnya adalah Klebsiella, Proteus, Pseudomonas,
Enterococcus, dan Staphylococcus saprophyticus.
Ada banyak faktor yang dapat
meningkatkan peluang untuk infeksi ginjal dan urinary tract.
a.
Sexual intercourse (perempuan)
dapat meningkatkan resiko urinary tract infection karena kemungkinan berlakunya
bakteri sekitar urethra ke dalam sistem saluran kencing (kondisi terkadang
disebut sebagai "honeymoon cystitis").
b.
Kehamilan juga dapat
meningkatkan insiden UTI dan infeksi ginjal pada perempuan, pada kenyataannya,
2% hingga 8% dari perempuan hamil mungkin menderita infeksi saluran kencing
selama kehamilan mereka. Hal ini mungkin terjadi karena lambatnya transit urine
di dalam ureters selama kehamilan akibat dari tekanan yang diterapkan oleh
kandungan.
c.
Urinary catheters (Foley
catheters) juga meningkatkan resiko pengembangan infeksi saluran kencing dan
ginjal. Catheters ini digunakan dalam situasi di mana seorang individu tidak
dapat kencing karena lumpuh, sakit parah, terbaring di tempat tidur, kencing
tidak lancar (ketidakmampuan untuk menahan air seni mereka), atau disfungsi
kandung kemih. Urinary catheters hanya menyediakan kendaraan fisik untuk
bakteri dari luar yang akan dihantarkan langsung ke dalam kandung kemih dan
sistem saluran kencing.
d.
Batu ginjal dan kelainan
struktural lainnya dari sistem saluran kencing juga dapat menyebabkan infeksi
ginjal. Kerusakan pengeluaran dan hambatan urin dapat menyebabkan bakteri naik
ke ginjal tanpa tercuci melalui air seni. Segala halangan terhadap aliran air
seni dapat menjadi fokus infeksi yang dapat menyebar ke bagian lain dari
saluran urin.
e.
Pada anak-anak, faktor-faktor
resiko untuk infeksi ginjal termasuk jenis kelamin perempuan, laki-laki yang
tidak sunat, kelainan struktural dari saluran urin, dan ras kulit putih (empat
kali lebih beresiko dari suku Afrika Amerika).
Gejalanya dapat berupa demam,
menggigil, nyeri di punggung bagian bawah, nyeri pinggang daerah ginjal, air
kemih berbau amis, sakit kepala, mual, muntah. Karena infeksi ginjal umumnya
disertai infeksi saluran kemih, maka sewaktu buang air kecil terasa sakit dan
panas seperti terbakar.
Pada infeksi menahun (kronis),
nyerinya bisa bersifat samar dan demam hilang-timbul atau tidak ditemukan demam
sama sekali. Biasanya keadaan kronis ini terjadi pada penderita yang memiliki
kelainan utama seperti penyumbatan saluran kemih, batu ginjal yang besar atau
arus balik air kemih dari kandung kemih ke dalam ureter (pada anak kecil ).
Keadaan yang kronis akhirnya bisa merusak ginjal sehingga ginjal tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya (gagal ginjal).
3.
Penegakan Diagnosa Infeksi
Ginjal
Infeksi ginjal dapat didiagnosa oleh
dokter dengan melakukan pemeriksaan fisik yang lengkap dan mengambil sejarah
medis yang rinci. Evaluasi termasuk pemeriksaan tanda-tanda vital (denyut
jantung, tekanan darah, suhu, dan kecepatan pernafasan), pemeriksaan
tanda-tanda dehidrasi, dan memeriksa rasa sakit pada punggung tengah dan bawah.
Bagi wanita muda pemeriksaan panggul juga perlu untuk mengevaluasi infeksi
panggul (peradangan panggul atau PID). Tes Kehamilan juga dapat dilakukan.
Tes urin penting untuk diagnosis
dari infeksi ginjal. Sampel air seni harus dikumpulkan secara benar. Saluran
kencing harus dibersihkan dengan benar sebelum diambil untuk mencegah
kontaminasi air seni oleh bakteri pada kulit di sekitar saluran kencing.
Pengeluran air seni pertama dikeluarkan dahulu di toilet sebelum pengambilan
urin di wadah yang tersedia. Ini disebut mid-stream, pengambilan urin yang
bersih. Setelah urin diambil (kira-kira 10 mililiter atau cc) dalam wadah, sisa
air seni dapat dikeluarkan di toilet.
Analisis urin yang bertanda suatu
infeksi pada air seni (adanya sel-sel darah putih atau bakteri dalam air seni)
pada umumnya, sangat menandakan diagnosa infeksi ginjal atau infeksi saluran
urin. Sampel urin tanpa bukti adanya infeksi urin menandakan tidak mungkin
adanya infeksi ginjal dan diagnosa lainnya harus dipertimbangkan.
Setelah sel-sel darah putih dan
indikasi lain dari infeksi urin [seperti, leukocyte esterase (diproduksi oleh
sel darah putih dalam urin) atau nitrites (diproduksi oleh bakteri dalam urin)]
terdeteksi pada analisis urin, penting untuk menentukan jumlah dan jenis
bakteri dalam sampel urin. Umumnya, sampel urin yang memiliki lebih dari
100.000 bakteri dalam satu cc air seni dianggap adanya infeksi saluran urin.
Pada latar klinis, jumlah kurang dari 100.000 bakteri dalam satu cc urin dapat
juga menandakan adanya infeksi.
4.
Perawatan dan Pengobatan Infeksi
Ginjal
Komponen yang paling penting dari
perawatan infeksi ginjal (seperti dengan infeksi bakteri apa saja) adalah
inisiasi (dimulainya) antibiotik-antibiotik tepat waktu dibawah
petunjuk-petunjuk dari seorang dokter. Jika infeksi ginjal terdiagnosa, maka
empiric antibiotic (antibiotik yang akan
mencakup seluruh kemungkinan bakteri-bakteri) biasanya diresepkan. Contoh urin
dan darah akan diambil dan dikirim ke laboratorium untuk analisa segala
pertumbuhan bakteri (pembiakan urin dan darah).
Ketika bakteri yang spesifik
diisolasi, antibiotik-antibiotik mungkin ditukar untuk mencakup bakteri
tertentu itu. Jika bakteri-bakteri menunjukan resistensi (tidak merespon) pada
antibiotik-antibiotik yang pada awalnya diresepkan, maka antibitotik-antibiotik
harus ditukar segera ke yang satu dimana organisme mudah kena (peka).
Obat yang lazim dipakai dirumah
dengan antibiotik-antibiotik oral dan pemasukan air dan cairan yang cukup
biasanya adalah cukup untuk merawat infeksi ginjal dan saluran kencing yang
tidak rumit. Bagaimanapun, jika gejala-gejalanya berat/parah (mual dan muntah
yang tidak terkontrol yang berakibat pada ketidakmampuan untuk meminum
obat-obat) atau infeksinya sulit untuk di kontrol dengan obat oral rutin yang
lazim dipakai dirumah untuk infeksi ginjal, maka opname di rumah sakit mungkin
diperlukan untuk menerima antibiotik-antibiotik intravena, hidrasi intravena,
dan pengendalian gejala-gejala secara agresif. Pada kasus-kasus infeksi ginjal
yang rumit opname rumah sakit mungkin juga perlu.
C.
Infeksi Post Kuret
1. Kuretasi
Prosedur
dilatasi dan kuretase atau D&C merupakan tindakan yang dilakukan terhadap
rahim. Dilatasi yaitu melebarkan jalan lahir dan kuretase yaitu membersihkan
jaringan atau mengambil sampel sebagian jaringan rahim dengan menggunakan
sendok kuret atau instrumen tajam. Tindakan ini cukup aman dilakukan baik di
Rumah Sakit maupun klinik bersalin.
Tindakan
ini dilakukan baik sebagai terapi keadaan tertentu misal pada kehamilan mola
(hamil anggur), keguguran sebagian (abortus inkomplit), penebalan dinding rahim
(hiperplasia endometrium) maupun untuk pengambilan sampel rahim (dating
endometrium). tindakan ini kadang
dilakukan bersamaan dengan histeroskopi (teropong rahim) maupun
polipektomi (pembersihan polip rahim). Tindakan D&C sering dilakukan pada
keadaan wanita dengan perdarahan menstruasi yang banyak dan lama, perdarahan pasca
menopause, menstruasi yang tidak
teratur, deteksi dini kanker rahim dan polip endometrium. Pada pasien dengan
keguguran sebagian (incomplete abortion), jaringan janin atau jaringan plasenta
sebagian masih tertinggal di dalam rahim sehingga dapat terjadi perdarahan yang
bisa membahayakan jiwa pasien. Dalam
keadaan ini tindakan kuretase merupakan tindakan terapeutik untuk pasien.
Tindakan kuretase akan dilakukan bila anda dan suami atau pihak keluarga telah
setuju, hal ini ditandai dengan penandatanganan persetujuan tindakan medik
(informed consent). Dokter atau petugas kesehatan akan menjelaskan bagaimana
tindakan dilakukan dan apa saja risiko dan komplikasi yang dapat terjadi.
Sebelum
diakukan kuretase pasien akan diminta untuk berpuasa 8 hingga 12 jam sebelum
tindakan. Hal ini berguna untuk dilakukan pembiusan yang menghendaki adanya
perut kosong agar tidak terjadi muntah yang dapat menyebabkan aspirasi cairan
lambung ke paru-paru.
2. Prosedur Kuret dan Komplikasi
Infeksi Post Kuret
Kuret
adalah suatu proses yang dilakukan untuk mengikis lapisan rahim (endometrium).
Proses ini biasanya dilakukan untuk menghilangkan jaringan yang tersisa di
dalam rahim. Umumnya proses ini dilakukan dalam waktu 5 menit saja.
Sebelum
melakukan kuret, dokter ginekologi akan memeriksa terlebih dahulu apakah masih
terdapat sisa jaringan di rahim atau tidak, hal ini untuk menghindari
perdarahan hebat dan juga mencegah infeksi rahim.
Cara
yang dilakukan adalah menggunakan scan ultrasound. Jika keguguran terjadi pada
tahap awal kehamilan dan jaringan yang tersisa sangat sedikit, maka kuret tidak
perlu dilakukan tapi hanya diberikan obat saja.
Dikutip
dari Netdoctor, Kamis (19/8/2010) dokter akan memberikan obat anestesi terlebih
dahulu sebelum kuret. Setelah itu dokter akan membuka mulut rahim dengan menggunakan
alat yang disebut dengan dilator, dan kemudian memasukkan alat melalui leher
rahim untuk mengeluarkan jaringan sisa yang masih terdapat di dalam rahim. Saat
dikuret rasannya sangat tidak nyaman dan juga sakit selama beberapa waktu.
Jika
dalam proses ini tidak dilakukan dengan benar seperti masih ada jaringan yang
tersisa di dalam rahim atau kuret yang dilakukan terlalu berlebihan, maka akan
meningkatkan risiko terjadinya komplikasi.
Gejala yang muncul
jika terdapat komplikasi akibat kuret adalah:
a. Perdarahan hebat yang terkadang
disertai dengan adanya gumpalan besar.
b. Syndrome Asherman
c. Rasa nyeri atau sakit pada perut
bagian bawah.
d. Terjadinya perubahan cairan vagina
seperti keputihan dan berbau.
e. Mengalami demam dengan suhu yang
tinggi.
f. Mengalami menstruasi yang tidak
normal sebulan setelah kuret.
Sebaiknya
kondisi-kondisi tersebut tidak diabaikan oleh perempuan yang melakukan kuret,
karena ada kemungkinan terjadi komplikasi atau gangguan.
Risiko
yang bisa terjadi adalah perdarahan, timbulnya infeksi akibat masih adanya
jaringan yang tersisa atau timbulnya lubang pada rahim (uterine perforation)
akibat pengikisan yang terlalu dalam karena dinding rahim orang yang baru hamil
sangat lembut.
Biasanya
dokter akan melakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk melihat kondisi
dari dinding rahim sehingga bisa ditentukan langkah medis apa untuk mendapatkan
penanganan yang tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar