Diare adalah buang air besar
(defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat),
kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24
jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer
lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai
lendir dan darah.
Diare akut adalah diare yang onset
gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari, sedang diare kronik
yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Diare dapat disebabkan infeksi
maupun non infeksi. Dari penyebab diare yang terbanyak adalah diare infeksi.
Diare infeksi dapat disebabkan Virus, Bakteri, dan Parasit.3
Diare akut sampai saat ini masih
merupakan masalah kesehatan, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di
negara maju. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)
dengan penderita yang banyak dalam waktu yang singkat.4,5
Dinegara maju walaupun sudah
terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi insiden diare infeksi
tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan. Di Inggris 1 dari 5 orang
menderita diare infeksi setiap tahunnya dan 1 dari 6 orang pasien yang berobat
ke praktek umum menderita diare infeksi. Tingginya kejadian diare di negara
Barat ini oleh karena foodborne infections dan waterborne infections yang
disebabkan bakteri Salmonella spp, Campylobacter jejuni, Stafilococcus aureus,
Bacillus cereus, Clostridium perfringens dan Enterohemorrhagic Escherichia coli
(EHEC).
Di negara berkembang, diare infeksi
menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk setiap tahun. Di Afrika anak anak
terserang diare infeksi 7 kali setiap tahunnya di banding di negara berkembang
lainnya mengalami serangan diare 3 kali setiap tahun.
Didaerah Istimewa Yogyakarta tepatnya
di daerah Gambiran merupakan lingkungan kampus sehingga tidak khayal kalau
banyak penjaja makanan, parahnya penjaja makanan tersebut tidak semuanya
memperhatikan kebersihan makanannya baik dalam hal bahan maupun proses dan
penyajiannya.
Pada bulan April tahun 2010 kemarin
ditemukan beberapa penghuni kost seluruhnya menderita diare, dimana jumlah
penghuni tersebut sekitar 7 orang dan waktu terkena diarenya bersaman dalam
satu hari. Dari hasil wawabcara terhadap beberapa penghuni kost yang menderita
diare didapatkan hasil mengenai ilustrasi awal sebelum mereka menderita
penyakit diare tersebut. Sebelumnya secara bersamaan membeli makan malam
disebuah angkriangan, malamnya secara bersamaan. Tengah malam dan esok hari
ketujuh penghuni kost tersebut terkena diare, maka dapat disimpulkan bahwa
infeksi diare yang mereka dapatkan berasal dari makanan yang kurang higienis.
A.
Buang
air besar dan mekanismenya
Buang air besar (biasanya disingkat
menjadi BAB) atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup
untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang berasal
dari sistem pencernaan mahkluk hidup. Manusia dapat melakukan buang air besar
beberapa kali dalam satu hari atau satu kali dalam beberapa hari. Tetapi bahkan
dapat mengalami gangguan yaitu hingga hanya beberapa kali saja dalam satu
minggu atau dapat berkali-kali dalam satu hari, biasanya gangguan-gangguan
tersebut diakibatkan oleh gaya hidup yang tidak benar dan jika dibiarkan dapat
menjadi masalah yang lebih besar.
Gerakan peristaltis dari otot-otot
dinding usus besar menggerakkan tinja dari saluran pencernaan menuju ke rektum.
Pada rektum terdapat bagian yang membesar (disebut ampulla) yang menjadi tempat
penampungan tinja sementara. Otot-otot pada dinding rektum yang dipengaruhi
oleh sistem saraf sekitarnya dapat membuat suatu rangsangan untuk mengeluarkan
tinja keluar tubuh. Jika tindakan pembuangan terus ditahan atau dihambat maka
tinja dapat kembali ke usus besar yang menyebabkan air pada tinja kembali
diserap, dan tinja menjadi sangat padat. Jika buang air besar tidak dapat
dilakukan untuk masa yang agak lama dan tinja terus mengeras, konstipasi dapat
terjadi. Sementara, bila ada infeksi bakteri atau virus di usus maka secara
refleks usus akan mempercepat laju tinja sehingga penyerapan air sedikit.
Akibatnya, tinja menjadi lebih encer sehingga perut terasa mulas dan dapat
terjadi pembuangan secara tanpa diduga. Keadaan demikian disebut dengan diare.
Ketika rektum telah penuh, tekanan
di dalam rektum akan terus meningkat dan menyebabkan rangsangan untuk buang air
besar. Tinja akan didorong menuju ke saluran anus. Otot sphinkter pada anus
akan membuka lubang anus untuk mengeluarkan tinja.
Selama buang air besar, otot dada,
diafragma, otot dinding abdomen, dan diafragma pelvis menekan saluran cerna.
Pernapasan juga akan terhenti sementara ketika paru-paru menekan diafragma dada
ke bawah untuk memberi tekanan. Tekanan darah meningkat dan darah yang dipompa
menuju jantung meninggi.
B.
Diare
dan penyebabnya
Diare (atau dalam bahasa kasar
disebut menceret) (BM = diarea; Inggris = diarrhea) adalah sebuah penyakit di
mana penderita mengalami rangsangan buang air besar yang terus-menerus dan
tinja atau feses yang masih memiliki kandungan air berlebihan. Di Dunia ke-3,
diare adalah penyebab kematian paling umum kematian balita, dan juga membunuh
lebih dari 1,5 juta orang per tahun.
Kondisi ini dapat merupakan gejala
dari luka, penyakit, alergi (fructose, lactose), memakan makanan yang
asam,pedas,atau bersantan secara berlebihan, dan kelebihan vitamin C dan
biasanya disertai sakit perut, dan seringkali mual dan muntah. Ada beberapa
kondisi lain yang melibatkan tapi tidak semua gejala diare, dan definisi resmi medis
dari diare adalah defekasi yang melebihi 200 gram per hari.
Hal ini terjadi ketika cairan yang
tidak mencukupi diserap oleh usus besar. Sebagai bagian dari proses digestasi,
atau karena masukan cairan, makanan tercampur dengan sejumlah besar air. Oleh
karena itu makanan yang dicerna terdiri dari cairan sebelum mencapai usus
besar. Usus besar menyerap air, meninggalkan material yang lain sebagai kotoran
yang setengah padat. Bila usus besar rusak / radang atau "inflamed",
penyerapan tidak terjadi dan hasilnya adalah kotoran yang berair.
Diare kebanyakan disebabkan oleh
beberapa infeksi virus tetapi juga seringkali akibat dari racun bakteria. Dalam
kondisi hidup yang bersih dan dengan makanan mencukupi dan air tersedia, pasien
yang sehat biasanya sembuh dari infeksi virus umum dalam beberapa hari dan
paling lama satu minggu. Namun untuk individu yang sakit atau kurang gizi,
diare dapat menyebabkan dehidrasi yang parah dan dapat mengancam-jiwa bila
tanpa perawatan.
Diare dapat menjadi gejala penyakit
yang lebih serius, seperti disentri, kolera atau botulisme, dan juga dapat
menjadi indikasi sindrom kronis seperti penyakit Crohn. Meskipun penderita
apendisitis umumnya tidak mengalami diare, diare menjadi gejala umum radang
usus buntu.
Diare juga dapat disebabkan oleh
konsumsi alkohol yang berlebihan, terutama dalam seseorang yang tidak cukup
makan.
Diare akut infeksi diklasifikasikan
secara klinis dan patofisiologis menjadi diare non inflamasi dan Diare
inflamasi. Diare Inflamasi disebabkan invasi bakteri dan sitotoksin di kolon
dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang disertai lendir dan
darah. Gejala klinis yang menyertai keluhan abdomen seperti mulas sampai nyeri
seperti kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, serta gejala dan tanda dehidrasi.
Pada pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis ditemukan lendir dan/atau
darah, serta mikroskopis didapati sel leukosit polimorfonuklear.
Pada diare non inflamasi, diare
disebabkan oleh enterotoksin yang mengakibatkan diare cair dengan volume yang
besar tanpa lendir dan darah. Keluhan abdomen biasanya minimal atau tidak ada
sama sekali, namun gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus
yang tidak mendapat cairan pengganti. Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak
ditemukan leukosit.
Mekanisme terjadinya diare yang
akut maupun yang kronik dapat dibagi menjadi kelompok osmotik, sekretorik,
eksudatif dan gangguan motilitas. Diare osmotik terjadi bila ada bahan yang
tidak dapat diserap meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari
plasma sehingga terjadi diare. Contohnya adalah malabsorbsi karbohidrat akibat
defisiensi laktase atau akibat garam magnesium.
Diare sekretorik bila terjadi
gangguan transport elektrolit baik absorbsi yang berkurang ataupun sekresi yang
meningkat. Hal ini dapat terjadi akibat toksin yang dikeluarkan bakteri
misalnya toksin kolera atau pengaruh garam empedu, asam lemak rantai pendek,
atau laksantif non osmotik. Beberapa hormon intestinal seperti gastrin
vasoactive intestinal polypeptide (VIP) juga dapat menyebabkan diare
sekretorik.
Diare eksudatif, inflamasi akan
mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan
eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau bersifat non infeksi seperti
gluten sensitive enteropathy, inflamatory bowel disease (IBD) atau akibat
radiasi.
Kelompok lain adalah akibat
gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu tansit usus menjadi lebih cepat.
Hal ini terjadi pada keadaan tirotoksikosis, sindroma usus iritabel atau
diabetes melitus.
Diare dapat terjadi akibat lebih
dari satu mekanisme. Pada infeksi bakteri paling tidak ada dua mekanisme yang
bekerja peningkatan sekresi usus dan penurunan absorbsi di usus. Infeksi
bakteri menyebabkan inflamasi dan mengeluarkan toksin yang menyebabkan
terjadinya diare. Infeksi bakteri yang invasif mengakibatkan perdarahan atau
adanya leukosit dalam feses.
Pada dasarnya mekanisme terjadinya
diare akibat kuman enteropatogen meliputi penempelan bakteri pada sel epitel
dengan atau tanpa kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan produksi enterotoksin
atau sitotoksin. Satu bakteri dapat menggunakan satu atau lebih mekanisme
tersebut untuk dapat mengatasi pertahanan mukosa usus.
C.
Diare
akibat infeksi
Infeksi
saluran pencernaan sering menyebabkan diare. Diare adalah peningkatan frekuensi
buang air besar dimana kottoran yang dikeluarkan lebih cair dari biasanya.
Diare karena infeksi dapat disebabkan oleh berbagai macam kuman baik virus,
bakteri, atau parasit lainnya. Hal ini berarti seorang anak yang mengalami
diare dapat menunjukkan gejala-gejala yang berbeda-beda tergantung dari
penyebab diarenya itu. Gejala diare umumnya diawali dengan nyeri perut atau
mulas.
Diare yang
terjadi selama lebih dari 2 minggu disebut sebagai diare kronik. Bayi yang
menderita diare kronik seperti ini akan kehilangan berat badannya dan mengalami
suatu keadaan yang disebut gagal tumbuh (failure to thrive). Akan tetapi
masalah yang paling penting pada anak, terutama anak kecil atau bayi, yang
mengalami diare adalah dehidrasi, yang terjadi karena kehilanggan cairan yang
berlebihan.
Dalam kotoran
anak juga dapat ditemui darah, yang berarti ada kerusakan pada lapisan saluran
pencernaan akibat aktivitas kuman. Selain itu, dapat pula dijumpai lendir di
kotorannya. Umumnya diare seperti ini disebabkan oleh bakteri seperti Shigella.
Diare tanpa
adanya darah biasanya disebabkan oleh virus, parasit atau toksin yang
dihasilkan oleh bakteri. Infeksi saluran pencernaan yang disebabkan suatu virus
yang disebut rotavirus akan menyebabkan diare yang encer.
Sebagian besar
kuman yang menyebabkan diare juga dapat menyebabkan gejala-gejala lain seperti
demam, hilangnya nafsu makan, nyeri perut, kram perut, mual, muntah, hilangnya
berat badan, dan terutama dehidrasi.
Kuman penyebab
diare dapat pula masuk dan menyebar ke aliran darah dan mengakibatkan infeksi
di organ tubuh lain yang jauh dari pencernaan seperti otak.
Kuman penyebab
diare umumnya spesifik pada suatu daerah tertentu, yang bergantung pada tingkat
kebersihan lingkungan dan kebiasaan kesehatan warganya. Di daerah dimana tingkat
kebersihan lingkungannya buruk dan warganya tidak meiliki kebiasaan hidup sehat
sering ditemui kejadian diare terutama karena adanya kontaminasi air atau
makanan oleh kuman.
Menurut
penelitian, umumnya anak yang berusia 5 tahun pernah terinfeksi oleh rotavirus
walaupun tidak semuanya mengalami diare. Biasanya anak-anak ini tertular karena
kurangnya kebiasaan hidup sehat seperti kurang atau tidak mencuci tangan.
Mencuci tangan merupakan cara paling sederhana untuk menghindari penyebaran
kuman. Infeksi virus lainnya yang dapat menyebabkan diare adalah virus-virus
golongan enterovirus.
Sedangkan
bakteri penyebab infeksi diare antara lain Salmonella, Shigella, dan E. coli.
Shigella, yang sering menyebar melaui orang ke orang, dapat merusak dinding
saluran pencernaan dan menyebabkan semacam luka yang berdarah. Sedikit saja
jumlah bakteri Shigella yang diperlukan agar terjadi infeksi.
Paling tidak
lima kelas bakteri E. coli sering menyebabkan infeksi diare pada anak-anak.
Bakteri E. coli ini menyerang langsung dinding saluran pencernaan atau
menghasilkan suatu racun yang dapat mengiritasi saluran pencernaan. Akibatnya
anak akan sakit. Infeksi karena E. coli ini sering menyebar melalui air atau
makanan yang terkontaminasi kotoran manusia dan daging yang dimasak kurang
matang.
Infeksi
parasit walaupun jarang dijumpai juga dapat menyebabkan diare. Parasit penyebab
diare umumnya adalah Giardia karena parasit ini mampu hidup di
tempat-tempatdimana kuman lain tidak dapat hidup. Infeksi akibat Giardia dapat
menyebabkan diare yang kronik.
D.
Masa
Inkubasi diare
Masa dari masuknya kuman ke dalam
tubuh sampai timbulnya gejala atau yang disebut masa inkubasi bervariasi
tergantung pada jenis kuman penyebabnya. Shigella misalnya, memiliki masa
inkubasi 16 sampai 72 jam, sedangkan masa inkubasi virus berkisar antara 4
sampai 48 jam. Sedangakan parasit umumnya memiliki masa inkubasi yang lebih
panjang, seperti Giardia misalanya, memiliki masa inkubasi antara 1 sampai 3
minggu.
Lama sakit juga tergantung pada
jenis kuman penyebabnya. Pada diare ringan akibat virus umumnya berlangsung
selama beberapa hari dimana anak hanya memerlukan perawatan ringan seperti
istirahat dan pemberian cairan yang adekuat. Tidak diperlukan obata-obat
seperti antibiotik untuk perawatan diare seperti ini. Sedangkan diare akibat
bakteri atau parasit lain umumnya selain pemberian cairan pada kasus-kasus
tertentu seperti pada anak kurang gizi diperlukan perawatan dengan antibiotika
untuk mencegah penyebaran kuman ke seluruh tubuh.
Infeksi diare sering menular dari
satu anak ke anak lain dengan mudah baik melalui kontak langsung, maupun
melalui makanan atau minuman.
E.
Pencegahan
dan perawatan penderita diare
Cara pencegahan yang paling efektif
adalah mencuci tangan. Tangan yang kotor ditempeli oleh banyak kuman yang bila
tangan tersebut disentuhkan ke mulut atau digunakan untuk mengambil makanan
dapat menyebabkan infeksi diare. Mencuci tangan ini perlu dilakukan oleh
seluruh anggota keluarga tidak hanya oleh anak sendiri. Mencuci tangan terutama
perlu dilakukan setelah ke kamar mandi atau sebelum makan. Selain itu kamar
mandi atau jamban yang bersih juga dapat membantu mencegah penyebaran kuman.
Air dan makanan juga dapat
menyebarkan kuman, karena itu buah dan sayuran harus dibersihkan dengan benar
sebelum dimakan atau diolah. Alat-alat dapur juga harus segera dibersihkan
setelah selesai digunakan. Daging juga harus diolah dengan benar akan
kuman-kuman mati.
Orang yang mengalami diare berat
dan lama yang disertai dengan demam, muntah, atau nyeri perut atau yang kotorannya
terdapat darah atau lendir harus segera dibawa ke dokter. Walaupun anak tidak
menunjukkan gejala-gejala di atas tetapi anak tampak mengalami dehidrasi dengan
tanda-tanda mulut dan lidah kering, kulit yang kering dan pucat, mata cowong,
penurunan aktivitas (tampak mengantuk atau lelah), dan menurunnya jumlah
kencing dari biasanya juga harus segera dibawa ke dokter.
Perawatan utama terhadap anak yang
mengalami diare adalah pemberian cairan yang adekuat dengan cairan yang sesuai.
Cairan ini dapat diberikan baik melalui mulut ataupun melalui infus bila anak
mengalami dehidrasi sedang sampai berat. Bayi dan anak kecil sebaiknya tidak
diberi cairan berupa air saja karena air tidak mengandung garam dan mineral
serta zat gizi yang diperlukan.
Prinsip utama perawatan diare
adalah penggantian cairan serta garam dan mineral yang hilang melalui kotoran,
muntah dan demamnya. Perkiraan jumlah cairan yang hilang dan beratnya muntah
serta diare akan menentukan jenis terapi yang akan diberikan oleh dokter.
A.
Kesimpulan
1. Diare
adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih
dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu
buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer
tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.
2. Salah
satu wabah diare di daerah Gambiran Yogyakarta menunjukkan bahwa 7 orang
penghuni kost menderita diare secara bersamaan, akibat mengkonsumsi makanan
yang kurang higienis.
B.
Saran
1. Mengingat
betapa rentannya perut kita terhadap infeksi bakteri diare, maka sebaiknya kita
lebih memperhatikan kebersihan makanan yang kita konsumsi guna menghindari
terjadinya diare.
2. Hal
lain yang perlu diperhatikan dalam rangka pencegahan diare selain faktor
makanan adalah faktor kebersihan lingkungan,. Karena kebanyakan diare
ditularkan oleh lalat sebagai vector.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar