Kulit adalah
seperti gurun. Ia kebanyakan kering, tetapi ada bidang kulit yang mengaliri :
Kelembaban ini di belakang lipatan telinga dan di bawah leher, misalnya, dan di
daerah yang lembab ini terdapat banyak bakteri yang tinggal di sana, "kata
Segre. "Terdapat juga oases ini, seperti di hidung atau di pusar, yang
memiliki banyak keragaman bakteri. Ini mulai dapat menjelaskan mengapa,
terutama sementara kulit kita kering, terdapat banyak keragaman bakteri yang dapat
tumbuh di kulit kita. "
Tapi
seperti gurun geografis, wilayah dari kulit kita yang kering - seperti bagian
dalam lengan bawah, telapak, dan bokong - juga penuh dengan kehidupan. Seperti
gurun yang memiliki spesies yang lebih sedikit daripada rainforests, sehingga
daerah-daerah kering kulit memiliki kurang beragam flora dan fauna daripada
kulit yang lembab.
Tim Segre menemukan bahwa situs tubuh yang berbeda memiliki bakteri
campuran yang berbeda, dan orang yang berbeda itu cenderung memiliki jenis
bakteri yang sama didalam situs tubuh yang sama.
A. Kulit Manusia
Kulit
manusia adalah lingkungan yang kaya untuk mikroba. Sekitar 1.000 spesies
bakteri dari 19 bakteri filum telah ditemukan. Sebagian besar berasal dari
hanya empat filum: Actinobacteria (51,8%), Firmicutes (24,4%), Proteobacteria
(16,5%), dan Bacteroidetes (6,3%). Propionibacteria dan Staphylococcus spesies
adalah spesies utama di daerah sebaceous. Ada tiga bidang ekologi utama: basah,
kering dan sebaceous. Di tempat-tempat lembab pada tubuh Corynebacteria
bersama-sama dengan Staphylococcus mendominasi. Di daerah-daerah kering, ada
campuran spesies tetapi didominasi oleh b-Proteobacteria dan Flavobacteriales.
Ekologis, sebaceous daerah sudah kekayaan spesies yang lebih besar daripada
satu basah dan kering. Daerah dengan sedikitnya kesamaan antara spesies orang
di ruang di antara jari-jari, ruang-ruang di antara jari-jari kaki, axillae,
dan tali pusar tunggul. Kebanyakan sama itu di samping lubang hidung, nares (di
dalam lubang hidung), dan di bagian belakang.
Lapisan kulit manusia terdiri dari tiga
lapisan utama:
1.
Epidermis, yang menyediakan Waterproofing dan berfungsi sebagai
penghalang terhadap infeksi;
2.
Dermis, yang berfungsi sebagai lokasi untuk pelengkap kulit dan
3.
Hypodermis (lapisan adiposa subkutan).
Epidermis
Epidermis,
"epi" berasal dari bahasa Yunani yang berarti "atas" atau
"pada", adalah lapisan terluar kulit. Membentuk tahan air, pelindung
membungkus di atas permukaan tubuh dan terdiri dari epitel skuamosa berlapis
dengan lamina basal yang mendasarinya.
Epidermis
tidak mengandung pembuluh darah, dan sel-sel dalam lapisan terdalam dipelihara
oleh difusi dari kapiler darah meluas sampai ke lapisan atas dermis. Jenis
utama sel-sel yang menyusun epidermis adalah sel-sel Merkel, keratinosit,
dengan melanosit dan sel-sel Langerhans juga hadir. Epidermis dapat dibagi lagi
menjadi strata berikut (yang diawali dengan lapisan terluar): corneum, lucidum
(hanya di telapak tangan dan telapak kaki), granulosum, spinosum, basale. Sel
terbentuk melalui mitosis pada lapisan basale. Sel putri (lihat pembelahan sel)
naik strata perubahan bentuk dan komposisi sebagai mereka mati karena
terisolasi dari sumber darah mereka. Sitoplasma dilepaskan dan protein keratin
dimasukkan. Mereka akhirnya mencapai corneum dan menanggalkan (desquamation).
Proses ini disebut keratinization dan berlangsung dalam waktu sekitar 27 hari.
Keratin ini lapisan kulit yang bertanggung jawab untuk menyimpan air dalam
tubuh dan menjaga bahan kimia berbahaya lainnya dan patogen keluar, membuat
kulit penghalang alami terhadap infeksi.
Dermis
Dermis
adalah lapisan kulit di bawah epidermis yang terdiri dari jaringan ikat dan
bantal tubuh dari stres dan ketegangan. Dermis erat terhubung ke epidermis oleh
membran basal. Ini juga pelabuhan banyak Mechanoreceptor / ujung saraf yang
memberikan rasa sentuhan dan panas. Ini berisi folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebasea, kelenjar apokrin, pembuluh limfatik dan pembuluh
darah. Pembuluh darah di dalam dermis menyediakan makanan dan pembuangan sampah
dari sel-sel sendiri maupun dari Stratum basale dari epidermis.
Dermis
secara struktural dibagi menjadi dua daerah: daerah yang dangkal berbatasan
dengan epidermis, yang disebut daerah papiler, dan tebal yang dalam daerah yang
dikenal sebagai daerah retikuler.
Hypodermis
Para
hypodermis bukan bagian dari kulit, dan terletak di bawah dermis. Tujuannya
adalah untuk melampirkan kulit untuk mendasari tulang dan otot serta memasok
dengan pembuluh darah dan saraf. Ini terdiri dari jaringan ikat longgar dan
elastin. Jenis sel utama adalah fibroblas, makrofag dan adipocytes (yang
hypodermis mengandung 50% dari lemak tubuh). Lemak berfungsi sebagai bantalan
dan insulasi bagi tubuh.
B. Ketombe
Kulit kepala
merupakan bagian kulit tubuh yang unik karena banyaknya folikel rambut dan
tingginya produksi minyak, sehingga kulit kepala lebih rentan terhadap infeksi
jamur (seperti ketombe, tinea kapitis, dermatitis seboroik), infeksi parasit
seperti kutu rambut, peradangan seperti psoriasis. Pada neonatus dengan
aktifitas kelenjar sebasea yang lebih dini terjadi pula peningkatan mikroflora
dan dapat terjadi prinsipnya kulit kepala yang kering dan bersisik, ketombe dan
seboroik dermatitis merupakan gangguan kronik pada kulit kepala dengan penyebab
yang sama, hanya berbeda dalam derajat keparahan penyakitnya saja.
Kulit
kepala merupakan bagian kulit tubuh yang unik karena banyaknya folikel rambut
dan tingginya produksi minyak, sehingga kulit kepala lebih rentan terhadap
infeksi jamur (seperti ketombe, tinea kapitis, dermatitis seboroik), infeksi
parasit seperti kutu rambut, peradangan seperti psoriasis. Pada neonatus dengan
aktifitas kelenjar sebasea yang lebih dini terjadi pula peningkatan mikroflora
dan dapat terjadi ”cradle cap”.
Pada
prinsipnya kulit kepala yang kering dan bersisik, ketombe dan seboroik
dermatitis merupakan gangguan kronik pada kulit kepala dengan penyebab yang
sama, hanya berbeda dalam derajat keparahan penyakitnya saja.
Ketombe
merupakan keluhan yang sering didengar dan diderita sebanyak hampir 50% dari
populasi semasa hidupnya pernah menderita ketombe dan menimbulkan rasa tidak
nyaman. Kondisi ini secara umum ditandai dengan terbentuknya serpihan-serpihan
kering di kulit kepala serupa kulit kering dan disertai rasa gatal. Seringkali
ketombe ini diperburuk oleh perubahan kondisi kelembaban lingkungan, trauma
akibat garukan, perubahan cuaca dan stress emosional. Baru-baru ini telah
dibuktikan bahwa flora normal kulit seperti Malassezia ternyata berperanan
penting pada proses terjadinya ketombe, dermatitis seboroik dan beberapa
penyakit kulit termasuk dermatitis atopik maupun penyakit kulit lainnya.
Malassezia menyebabkan peradangan melalui stimulasi produksi sitokin oleh
keratinosit. Beberapa peneliti bahkan mengemukakan bahwa jamur Malassezia ini
memprovokasi terbentuknya lesi-lesi psoriasis pada penderita psoriasis. Walaupun
teori peranan Malassezia sudah dikemukakan oleh beberapa peneliti, namun masih
terdapat kontroversi karena sulitnya isolasi, kultur maupun identifikasi jamur
tersebut.
Ketombe
sebenarnya lebih dari sekedar gangguan superfisial pada stratum korneum dimana
terjadi perubahan berupa hiperproliferassi epidermis, produksi sebum yang
berlebihan dan parakeratosis. Penanganan dalam pengobatan penyakit ini
dilakukan dengan pendekatan yang berbeda-beda, namun berdasarkan etiologi yang
umum mencakup tiga faktor yaitu :
1.
Sekresi kelenjar minyak,
2.
Metabolisme mikroflora dan
3.
Kerentanan atau daya tahan tubuh individual.
C. Jamur Malassezia
Jamur dari
genus Malassezia sekarang ini
dianggap sebagai sinonim dari jamur yang dulunya disebut Pityrosporum, yang
merupakan bagian flora mikrobiologis pada kulit manusia dan juga telah
ditemukan pada pelbagai hewan yang berdarah hangat. Sebuah hubungan dengan
penyakit kulit pertama kali ditemukan pada tahun 1846 ketika Eichstedt
melaporkan keberadaan jamur dan filament - filamen dalam material yang berasal
dari sisiksisik pityriasis versicolor yang terinfeksi dimana fase mucelial
mendominasi.
Malassezia
fase jamur juga terlibat dalam patogenesis dermatosa permukaan lainnya, yang
paling penting adalah ketombe dermatitis seborheik (parah dan sulit diobati
jika terkait dengan AIDS), dan dermatitis atopik. Akan tetapi, mekanisme yang
digunakan mikroorganisme ini untuk menyebabkan dermatosa, masih belum jelas dan
beberapa penelitian gagal menunjukkan adanya perbedaan signfikan pada respon imun
humoral dan respon imun yang dimediasi sel, yang spesifik terhadap Malassezia
pada pasienpasien yang menderita dermatosa – dermatosa terkait Malassezia jika
dibandingkan dengan kontrol.
Baru – baru
ini, genus Malassezia telah direvisi berdasarkan morfologi, ultrastruktur,
fisik dan biologi molekuler. Akibatnya, genus ini telah berkembang mencakup
tujuh spesies yang terdiri dari tiga taxa sebelumnya yaitu: M. furfur, M. pachydermatis, dan M.
sympodialis, dan empat taxa baru, M.
globosa, M. obtusa, M. restricta, dan M. slooffiae. Akan tetapi, penelitian
- penelitian epidemiologi tentang frekuensi dan distribusi dari masingmasing jamur
Malassezia belum terlalu banyak dan patogenisitas
dari masingmasing tidak diketahui sampai sekarang. Jika patogenesitas dari
masing - masing jamur Malassezia
berbeda satu sama lain, namun manifestasi klinis dan patologis yang berbeda
dari beberapa dermatosa yang disebabkan oleh infeksi Malassezia bisa dijelaskan berdasarkan perbedaan patogenisitasnya.
Baik patogenesitasnya maupun interaksi antara jamur Malassezia dengan
keratinosit manusia, belum ada yang diteliti sebelumnya, walapun hanya dua
laporan yang menghubungkan efek jamur Malassezia
terhadap produksi sitokin proinflammatory
oleh sel - sel darah periferal manusia secara in vitro
Data – data
ini berkenaan dengan interaksi antara jamur Malassezia dan sel – sel mononuklear
dari darah perifer manusia bisa bermanfaat untuk mengetahui patogenesis infeksi
- infeksi aliran darah dari jamur Malassezia
pada bayi baru lahir yang berberat lahir rendah dan pasien – pasien defisiensi
imun, tetapi tidak dermatosa yang terkait Malassezia;
ini karena jamur – jamur Malassezia
terletak dalam stratum corneum dan
biasanya tidak memiliki peluang untuk bersentuhan dengan sel – sel darah perifer
Dengan
demikian, kami meneliti efek langsung dari Malassezia
terhadap produksi sitokin oleh keratinosit untuk meneliti apakah patogenisitas
dari masing - masing jamur Malassezia
berbeda satu sama lain dalam rangka menyelidiki mekanisme mana yang digunakan oleh
jamur ini untuk menyebabkan beberapa dermatosa dengan manifestasi klinis dan
patologis yang berbeda, seperti ketombe, pityriasis versicolor, dermatitis seborheik,
dll.
A. Kesimpulan
Ketombe
merupakan keluhan yang sering didengar dan diderita sebanyak hampir 50% dari
populasi semasa hidupnya pernah menderita ketombe dan menimbulkan rasa tidak
nyaman. Kondisi ini secara umum ditandai dengan terbentuknya serpihan-serpihan
kering di kulit kepala serupa kulit kering dan disertai rasa gatal. Seringkali
ketombe ini diperburuk oleh perubahan kondisi kelembaban lingkungan, trauma
akibat garukan, perubahan cuaca dan stress emosional. Baru-baru ini telah
dibuktikan bahwa flora normal kulit seperti Malassezia
ternyata berperanan penting pada proses terjadinya ketombe, dermatitis seboroik
dan beberapa penyakit kulit termasuk dermatitis atopik maupun penyakit kulit
lainnya. Malassezia menyebabkan peradangan melalui stimulasi produksi
sitokin oleh keratinosit. Beberapa peneliti bahkan mengemukakan bahwa jamur Malassezia ini memprovokasi terbentuknya
lesi-lesi psoriasis pada penderita psoriasis
B. Saran
Mengatasi
ketombe dengan menggunakan beberapa bahan aktif seperti asam salisilat, tar,
selenium, sulfur dan zinc yang efektif dan memperlihatkan respon pengobatan
yang cukup baik dalam sediaan shampoo maupun lotion.
Baru-baru ini obat-obat anti jamur ternyata
juga dapat mengatasi ketombe. Obat anti jamur mempunyai beberapa kelebihan
karena tidak menyebabkan kulit menjadi atrofi maupun telangiektasi pada pengobatan
jangka lama, sehingga terapi dengan anti jamur lebih bijaksana dilakukan dengan
profil keamanan dan efektifitas yang lebih baik serta mengurangi jumlah spora
sehingga dapat memperlambat rekurensi atau kambuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar